Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap-demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Contoh misalnya kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
Proses berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju ke beberapa target sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh: operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lain-lain.
Proses belajar akan berjalan lancar, jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Misalnya, agar siswa memahami rumus matematika, akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu. Namun untuk memahami suatu makna suatu konsep yag lebih luas dan banyak mengandung interprestasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah yang “menyebar” atau berpikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik atau linier.
Diresume dari sumber:
DR. C. Asri Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 87.
Leave a Reply